TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Gizi Buruk
1. Pengertian
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
2. Dua Tipe Gizi Buruk (Kwasiorkor dan Marasmus)
a. Kwasiorkor
Memiliki ciri : edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok, terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel, terjadi pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut anemia dan diare.
b. Marasmus
Memiliki ciri-ciri: badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, mudah menangis/cengeng dan rewel, kulit menjadi keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, dan iga gambang; (7) seringdisertai penyakit gambang, seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
3. Cara Mengukur Status Gizi Anak
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.
Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
4. Penyebab
a. penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
b. Penyebab tidak langsung yaitu :
1) Kemiskinan keluarga
2) Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3) Sanitasi lingkungan yang buruk
4) Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
5. Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
a. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
c. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
d. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
6. Dampak Gizi Buruk Pada Anak
Gagal Tumbuh
Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya.
Tanda-tandanya: Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal, Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan, Berkurangya massa otot, Infeksi berulang.
7. PENATALAKSANAAN
Makanan /minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein. Pemberian secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula – mula cair (seperti susu) lunak (bubur) biasa (nasi lembek).
a. Prinsif pemberian nutrisi
1. Porsi kecil,sering,rendah serat, rendah laktosa
2. Energy / kalori : 100 K kal / kg BB/ hari
3. Protein : 1 – 1,5 g / kg BB / hari
b. Cairan : 130 ml / kg BB / hari Ringan – sedang : 100 ml / kg BB / hari Bila tampak komlikasi : Cotrymoksasol 5 ml
c. Bila anak sakit berat : Ampicillin 50 mg / kg BB IM/ IV Setiap 6 Jam Selama 2 Hari
d. Untuk Melihat kemajuan / perkembangan anak
1. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
2. Catat kenaikan BB anak tiap minggu
B. Konsep Dasar Keluarga.
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. (Duvall dan Logan, 1986)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Bailon dan Maglaya, 1978)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI , 1988).
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
4. Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong-royong
5. Tipe Keluarga
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar) Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda) Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
8) Multigenerational family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
10) Blended family Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembamngan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
• Membina hubungan intim yang memuaskan.
• Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
• Mendiskusukan rencana memiliki anak.
b. Tahap II : Keluarga “ Child Bearing “ (Keluarga anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
• Persiapan menjadi orang tua.
• Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan.
• Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini di mulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
• Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempa tinggal, privasi dan rasa aman.
• Membantu anak untuk bersosialisasi.
• Beradaptasi dengan anak yang lain juga harus terpenuhi
• Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
• Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
• Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
• Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah
Tahap keluarga yang dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
• Membantu anak sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkugan.
• Mempertahankan keintiman pasangan.
• Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk menimgkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaj
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat meninggalkan rumah oran tuanya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
• Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan otonomnya.
• Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
• Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
• Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang.
f. Tahap VI : Keluarga dan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini di mulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dalam jumlah anak dalam keluarga ata jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain :
• Memperluaskan keluarga inti menjadi keluarga yang besar.
• Mempertahankan keintiman pasangan istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
• Membantu anak untuk manfiri di masyarakat.
• Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII : Keluarga usia pertengaha
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah da berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal dunia. Tugas perkembangan keluarga pada ini antara lain :
• Mempertahankan kesehatan.
• Mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan anak – anak.
• Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap VIII : Keluarga usia lanjut
Pada tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah sat pasangan pensiun berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampa keduanya meninggal. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antar lain:
• Mempertahankan rumah yang menyenangkan.
• Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
• Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
• Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
• Melakukan life – preview, perenungan hidup/masa lalu
7. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
• Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
• Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
a) Tujuan umum : Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
b) Tujuan khusus :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan ter hadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
• Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
• Peran Perawat Keluarga :
1. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
c. Koordinator Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
d. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
e. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
f. Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
g. Kolaborasi Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
h. Fasilitator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
i. Penemu kasus Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
j. Modifikasi lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat
• Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarg
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
No comments:
Post a Comment